UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PERAWATAN LUKA MELALUI
METODE
MOIST WOUND HEALING DI POLIKLINIK BEDAH
UMUM
RSUD
TUGUREJO SEMARANG
OLEH
:
ALI FAOJI, S.Kep, Ns
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Luka merupakan suatu diskontinuitas
jaringan kulit yang dapat terjadi akibat terpapar suhu atau pH, zat kimia,
gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera
dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka.
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi,
fungsi dan penampilan.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci
dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang
berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka.
Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan luka dengan cara mempertahankan
isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, yang dikenal dengan metode Moist
Wound Healing. Metode ini secara klinis memiliki keuntungan karena akan
meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air
yang tipis dan mengurangi resiko timbulnya jaringan parut. Disamping itu metode
ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering adalah meningkatkan
epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban
2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas
permukaan luka.
B.
Rumusan Masalah
Metode Moist Wound Healing yang telah disebutkan diatas, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan tujuan agar luka cepat
sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka.
Karena itu perlu untuk dikembangkan dan diaplikasikan di lingkungan perawatan
khususnya dalam hal ini instalasi rawat jalan poliklinik bedah umum RSUD
Tugurejo tempat penulis bekerja.
C.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas perawatan luka di instalasi
rawat jalan poliklinik bedah umum RSUD Tugurejo Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar
luka
b. Menjelaskan metode Moist Wound Healing dan
keunggulannya.
c. Menjelaskan macam-macam
produk yang bisa digunakan dalam perawatan luka dengan metode Moist Wound Healing
D.
Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Meningkatkan kepuasan atas pelayanan
keperawatan dengan luka yang lebih cepat sembuh, mengurangi biaya perawatan dan
bekas luka yang minimal.
2. Bagi Perawat
Dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan luka yang diberikan.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi perbaikan Standart Operating Procedure (SOP)
berkaitan dengan perawatan luka
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Penyembuhan
luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara
terus menerus. (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan
regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan
tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
B.
Etiologi
/ Penyebab Luka
Secara alamiah penyebab kerusakan harus
diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi
dan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses
penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :
§ Trauma
§ Panas
dan terbakar baik fisik maupun kimia
§ Gigitan
binatang atau serangga
§ Tekanan
§ Gangguan
vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
§ Immunodefisiensi
§ Malignansi
§ Kerusakan
jaringan ikat
§ Penyakit
metabolik, seperti diabetes
§ Defisiensi
nutrisi
§ Kerusakan
psikososial
§ Efek
obat-obatan (kortikosteroid, anti neoplastic)
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.
C.
Jenis-Jenis
Luka
1. Berdasarkan
Kategori
a. Luka
Accidental
Adalah cedera yang
tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar. Cirinya adalah
tepi luka bergerigi, berdarah, tidak steril
b. Luka
Bedah
Merupakan terapi yang
direncanakan, seperti insisi menggunakan pisau bedah. Cirinya tepi luka bersih,
perdarahan terkontrol, dikendalikan dengan asepsis bedah.
2. Berdasarkan
Integritas Kulit
a. Luka
Terbuka
Kerusakan melibatkan
kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan;
risiko infeksi.
b. Luka
Tertutup
Tidak terjadi
kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak;
mungkin cedera internal dan perdarahan.
3. Berdasarkan
Descriptors
a. Aberasi
Luka akibat gesekan
kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan
jaringan skar.
b. Puncture
Trauma penetrasi yang
terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam
yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit.
c. Laserasi
Tepi luka kasar
disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi.
d. Kontusio
Luka tertutup;
perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
4. Klasifikasi
Luka Bedah
a. Luka
Bersih
Luka bedah tertutup
yang tidak mengenai system gastrointestinal, pernafasan atau sistem genitourinari,
risiko infeksi rendah.
b. Bersih
Terkontaminasi
Luka melibatkan system
gastrointestinal, pernafasan atau sistem genitourinari, risiko infeksi
c. Kontaminasi
Luka terbuka, luka
traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi
d. Infeksi
Area luka terdapat patogen;
disertai tanda-tanda infeksi
5. Berdasarkan
Lamanya
a. Akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan
periode waktu yang diharapkan
b. Kronik
Adalah luka yang proses
penyembuhannya mengalami keterlambatan atau bahkan kegagalan.
6. Berdasarkan
Kedalaman Jaringan yang Terlibat
a. Superficial
Hanya jaringan
epidermis
b. Partial Thickness
Luka yang meluas
sampai ke dalam dermis
c.
Full
Thickness
Lapisan yang paling
dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan
kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti
otot, tendon atau tulang
D.
Prinsip
Dasar Penyembuhan Luka
Penyembuhan
luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka
dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah
melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu
kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini
profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan.
Penelitian pada luka akut dengan model
binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa
luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Hemostasis
2. Inflamasi
3. Proliferasi
atau granulasi
4. Remodeling
atau maturasi
Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh
darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk
menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan
konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek.
Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut. Hemostatis
terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor
pembekuan.
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase kedua
dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan
suhu yang sering dihubungkan dengan nyeri, Tahap ini biasanya berlangsung
hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi
proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s
(polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi
bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil
memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal
terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel
mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali
kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor
pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri
dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang
bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF),
faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf)
dan interleukin-1 (IL-1).
Proliferasi
Fase granulasi berawal dari hari ke empat
sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut
tergangung pada ukuran luka. Secara
klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan
mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih
dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya
satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan
baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang
mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran
fibroblas disini adalah untuk kontraksi.
Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar
dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut
angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggung jawab
untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana
keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum
korneum.
Remodeling atau Maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah
finishing interior. Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal mengalami
peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling
dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah
perlukaan.
E.
Tipe-Tipe Penyembuhan Luka
1. Penyembuhan Primer
§ Penyembuhan luka tanpa terjadinya
proses infeksi & biasanya terjadi pada luka superfisial.
§ Biasanya tepi luka dirapatkan dengan
jahitan
§ Penyembuhan primer ini ditandai tidak
tampak tanda inflamasi, sesudah 48 jam luka menutup & tidak terlihat tepi
luka pada hari ke 7 & ke 9.
2. Penyembuhan Sekunder
§ Terjadi pada luka yang luas, tepi luka
berjauhan sehingga terbentuk rongga yang diisi oleh bekuan darah dan jaringan nekrotik
§ Ditandai dengan adanya :
a. Jaringan granulasi pucat atau tidak ada
kemajuan penyembuhan luka, terlalu basah atau terlalu kering
b. Ukuran luka ; tidak berubah atau meluas
sesudah pus dikeluarkan eksudat, menebal atau dengan tanpa bau
c. Jaringan Epitel : Tidak terlihat atau terlihat
disekitar luka
3. Penyembuhan Tertier
Luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen, setelah
diyakini bersih tepi luka dirapatkan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Kecenderungan
Perawatan Luka Saat ini
Pada tatanan
pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti metode-metode
penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer dengan
menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua
hasil penelitian memiliki evidence based
yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan
seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa
lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan
jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini
akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan
luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat
akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan out come nya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.
Perawatan luka konvensional, cenderung
menggunakan metode balutan kasa wet-to-dry,
digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan untuk
melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab
menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus
diganti dengan balutan berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya
pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri
yang berlebihan, metode wet to dry
dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah
jaringan nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini,
banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi
perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan
luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke
permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa
merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/ trauma baru serta
bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya
perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan luka yang
efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome
yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.
B.
Moist Wound Healing
1. Definisi
Moist
Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap
lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive.
Dan metode moist wound healing adalah
metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi
secara alami.
2. Tujuan
Moist Wound Healing
Sesuai dengan pengertiannya, Moist Wound Healing bertujuan untuk
mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan
balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan mempertahankan
luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat
penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan
parut residual.
3. Mempertahankan
Kelembaban Luka dan Balutan yang Baik
Bertambahnya produksi eksudat adalah
bagian dari fase inflamasi yang normal pada proses penyembuhan luka. Peningkatan
permeabilitas kapiler pembuluh darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein
masuk ke rongga interstitial. Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang
memfasilitasi pembersihan luka dari permukaan luka dan mempertahankan
kelembaban lingkungan lokal yang maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan
balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan;
mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan
bagian penting untuk permukaan luka.
4. Keuntungan
dari permukaan luka yang lembab
§ Mengurangi
pembentukan jaringan parut
§ Meningkatkan
produksi faktor pertumbuhan
§ Mengaktivasi
protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan devitalisasi/yang mati
§ Menambah
pertahanan immun permukaan luka
§ Meningkatkan
kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast
§ Meningkatkan
proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis
§ Mengurangi
biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan kasa
konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya yang dibutuhkan.
Perbandingan
permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka :
§ Kelembaban
meningkatkan epitelisasi 30-50%
§ Kelembaban
meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50%
§ Rata-rata
re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat
§ Mengurangi
kehilangan cairan dari atas permukaan luka
Karakteristik
penyembuhan luka dengan prinsip moist :
§ Memfasilitasi
pertumbuhan sel-sel epitel pada permukaan luka
§ Mengurangi
pada inflamasi permukaan luka
Tanpa lapisan yang
lembab/kering :
§ Pergerakan
pertumbuhan epitelial sebagai debridement enzym membentuk eskar/parut
§ Menambah
inflamasi pada luka (eksudat)
§ Nyeri
adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang kering pada luka
menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada dengan balutan yang
lembab.
§ Hipergranulasi.
Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi dan jaringan
granulasi pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.
C.
Teknik
Mempertahankan Kelembaban Luka
1. Prinsip
Dasar Perawatan Luka
Ada tiga prinsip dasar
penyembuhan luka :
a. Identifikasi
dan kontrol penyebab sebaik mungkin
b. Konsen
dengan dukungan patient centered
c. Optimalisasi
perawatan pada luka
Optimalisasi
perawatan pada luka
§ Mengurangi
dehidrasi dan kematian sel.
Seperti telah
dijelaskan pada fase penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan
magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak dapat
berfungsi pada lingkungan yang kering
§ Meningkatkan
angiogenesis.
Tidak hanya sel-sel
yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang lembab
tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen rendah, balutan occlusive dapat merangsang proses
angiogenesis ini.
§ Meningkatkan
debridement autolisis.
Dengan mempertahankan
lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik dibawa ke
dasar luka yang memungkinkan mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat
debridemen. Proses ini dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi
faktor yang merangsang makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka.
§ Meningkatkan
re-epitelisasi.
Pada luka yang lebih
besar, lebih dalam sel epidermal harus menyebar
diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus mendapatkan suplai
darah dan nutrisi. Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai
tersebut dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang lambat.
§ Barier
bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan oklusif membalut dengan baik
dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri
dapat menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang
dibalut dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang
daripada kasa pembalut konvensional tersebut.
§ Mengurangi
nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga mengurangi
nyeri.
D.
Memilih
Balutan yang Ideal
Pada tahun 1979
Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan karakteristik sebagai berikut :
§ Dapat
mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin
§ Kelembaban
tinggi pada permukaan luka
§ Memungkinkan
pertukaran gas
§ Memberikan
insulasi termal
§ Melindungi
terhadap infeksi sekunder
§ Bebas
dari partikel-partikel dan komponen toksik
§ Tidak
menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan
yang dapat berfungsi magis one-size-fits-all. Sebagai praktisi
klinis sangat penting untuk memahami karakteristik dari perbedaan balutan dan
penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase penyembuhan luka, karakteristik
luka, dan faktor risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan
ketrampilan dari perawat itu sendiri.
Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti
”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film transparant.”
hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu pencegah
kontaminasi bakteri. Hydrocolloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan
dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang
meningkatkan kelembaban pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan
melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang
tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui
permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat mempertahankan
lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada
luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai berikut :
§ Membantu
melindungi luka dari injuri yang berulang
§ Membantu
melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka terinfeksi
§ Membantu
menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan luka
§ Menambal
bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat
bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut kasa yang biasa, balutan luka
khusus karena mereka membantu menciptakan tingkat kelembaban pada luka. Pada
masa kini hasil-hasil dari penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban
mendukung kesehatan kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk
proses penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan moist wound healing.
Perlindungan untuk Luka
Meskipun kita berfikir sebaliknya,
membiarkan balutan tidak dibuka/diganti dalam beberapa hari sangat membantu dalam
proses penyembuhan awal karena luka tidak terganggu. Hal ini sangat penting
karena situasi kelembaban lingkungan luka dapat dipertahankan dengan baik
sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung penyembuhan luka. Untuk
penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering mengakibatkan
suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal ini akan
mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka menjadi hangat
kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu sering sudah sangat
jelas dapat membantu proses penyembuhan.
Sebagai ilustrasi untuk
menunjukkan bagaimana kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat adalah dengan
melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh
pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyebrangi permukaan luka, untuk
menyembuhkan luka. Pada lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus
menyusup melalui terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian
mengangkat keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan
selanjutnya baru memulai proses penyembuhan.
Berbagai tipe Moist Wound Dressing (balutan luka yang
mampu mempertahankan kelembaban)
Ada beberapa tipe balutan
luka dan lebih dari satu dapat direkomendasikan untuk dipakai merawat luka
hingga sembuh. Untuk hal ini, kita perlu memahami tentang tipe balutan luka
yang dapat kita pilih dan gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.
Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat
menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap awal masa pertumbuhan
luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman dan
lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk,
ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut sangat bervariasi, dengan atau tanpa
perekat pada permukaannya.
Contoh
:
Foam Silikon
Lunak/Balutan yang Menyerap
Balutan jenis ini menggunakan bahan
silikon yang direkatkan, pada permukaan yang kontak dengan luka. Silikon
membantu mencegah balutan foam melekap pada permukaan luka atau sekitar kulit
pada pinggir luka. Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat
mengganti balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak
ini dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.
Contoh
:
Balutan Water
Berperekat/ Balutan Hydrocolloid
Balutan hidrokoloid ”water-loving”
dirancanga elastis, merekat, dan dari agen-agen gell (seperti pectin atau
gelatin) dan bahan-bahan absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan pada luka,
drainase dari luka berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk
membentuk seperti gel yang menciptakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan
luka. Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan, dan
digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis
ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode
aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan
potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak biasa digunakan
pada luka yang terinfeksi.
Contoh
:
Hydrogels
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran,
seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka,
yang akan meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat baik menciptakan dan
mempertahankan lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada
jenis luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas
permukaan luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa)
untuk mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung penyembuhan
luka.
Contoh
:
Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat
lunak dan bukan tenunan atau balutan pita yang terbuat dari serat sodium
carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada
balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan
drainase dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir
dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang
atau banyak, dan luka yang dalam dan
membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang
kering sepanjang kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan menambahkan
larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari,
tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Contoh
:
Alginates
Alginat lunak dan bukan
tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut. Alginate tersedai dalam
bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk yang
sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka.
Alginate juga digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan tidak
dapat digunakan pada luka yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan,
bentuk luka yang akan dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.
Contoh
:
Gauze
Balutan kasa terbuat
dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi dari serat
lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang, tergantung pada
benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti
balutan basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan basah
lembab normal saline, digunakan untuk debridement non selektif (mengangkat
debris dan atau jaringan yang mati). Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari
poliester, rayon, atau campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun
tetapi lebih kuat, besar, lunak, dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti
kasa saline hipertonik kering digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan
yang mendukung penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen
penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe lukanya.
Transparan Film
Contoh
:
Cairan Pembersih Luka
Membersihkan permukaan
luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk yang digunakan dapat
mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline untuk membersihkan luka
tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.
Cairan
Contoh
:
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Moist
Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap
lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi
oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik,
seperti venous leg ulcers, pressure
ulcers, dan diabetic foot ulcers. Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci
dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang
berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka.
Dan metode Moist Wound Healing adalah
metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan luka secara alami, karena
dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat dengan
melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh
pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka, untuk
menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan
dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan
mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.
B.
Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat
sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka,
dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya
di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan
kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.
Penyembuhan luka membutuhkan pendekatan :
1. Patient Centered.
Ingat selalu bahwa apa
yang menyebabkan sesorang menderita luka dan atau luka kronik. Kita dapat
mengembangkan rencana penanganan yang baik tetapi bila pasien tidak melibatkan
pasien akan berhasil.
2. Holistic.
Praktek yang baik
membutuhkan pengkajian pasien ”whole”/secara menyeluruh, bukan ”lubang pada
pasien”/”hole in the patient”. Semua kemungkinan faktor-faktor yang
berkontribusi harus dieksplorasi.
3. Interdisciplinary.
Perawatan luka adalah
bisnis yang komplek membutuhkan ketrampilan dari berbagai disiplin, ketrampilan
perawatan, fisioterapis, terapi okupasi, dietisian, dan dokter umum dan
spesialis (dermatologis, bedah plastik, dan bedah vaskular sesuai dengan yang
dibutuhkan). Kadang-kadang memerlukan/melibatkan pekerja sosial.
4. Evidence Based
Pada saat ini
lingkungan penanganan harus berdasarkan pada kebaikan dan cost effective.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Rosina, 2007. Perawatan Luka ; Moist Wound Healing.
Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK-UI, Jakarta.
http://nulianamajid.blogspot.co.id/2013/03/konsep-dasar-luka-askep-luka.html
(diakses pada tanggal 12/09/2015)
Wayne
Naylor, 2005. Wound Management
Guideliness, Mercy Hospice Auckland, New Zealand