UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PERAWATAN LUKA KANKER
MELALUI PERAWATAN LUKA YANG
BERKUALITAS
By : ALI FAOJI, SKep Ns
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Luka kanker
paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita kanker bagian payudara,
kepala dan leher. Luka ini muncul ke permukaan kulit akibat infiltrasi dari
sel-sel maligna sehingga merusak integritas jaringan. Luka kanker memiliki
sifat yang berbeda dengan luka karena cedera pada umumnya, diantaranya yaitu
eksudat yang berlebih, bau busuk yang menyengat, mudah berdarah, nyeri kronis
dan sukar untuk sembuh. Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa malu, isolasi
sosial, depresi sampai putus asa. Perkembangan luka kanker tidak bisa
diprediksi karena sangat pengaruhi oleh stadium kanker yang diderita oleh
pasien, sehingga bisa jadi setelah perawatan, kondisi luka malah semakin luas.
Karena itu, prinsip dalam perawatan palliative,
kesembuhan bukanlah tujuan utama dalam perawatan luka namun lebih pada
meningkatkan kualitas hidup pasien.
B.
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan data
rekam medis RSUD Tugurejo hingga bulan Maret 2015, total jumlah pasien onkologi
sebanyak 46 orang, 24 orang diantaranya terdiagnosis ca mamae, 22 orang jenis
kanker yang lain. Sedangkan yang memerlukan tindakan perawatan luka sebanyak 15
orang dimana sebagian besarnya adalah pasien ca mamae stadium lanjut. Luka
kanker berdampak pada pasien baik fisik maupun psikologis sehingga akan
menurunkan kualitas hidup pasien. Hal ini ditunjukkan dengan produktifitas
pasien menurun, ketergantungan pada orang lain, merasa malu, isolasi sosial dan
putus asa. Peran perawat baik yang di rawat jalan maupun rawat inap untuk
memberikan perawatan luka yang berkualitas sehingga dapat memberikan rasa
nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang manajemen
perawatan luka kanker, prinsip-prinsip penatalaksanaan yang perlu diketahui
perawat.
2.
Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian luka
kanker
b. Menjelaskan karakteristik luka
kanker
c. Menjelaskan prinsip-prinsip
perawatan luka kanker
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi Pasien
Dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
2.
Bagi Perawat
Dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
kanker.
3.
Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi
masukan bagi penyusunan Standart
Operating Procedure (SOP) dalam
perawatan luka kanker.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Luka kanker atau dikenal sebagai fungating wound merupakan kerusakan
integritas kulit yang disebabkan oleh infiltrasi sel maligna. Luka kanker
adalah salah satu luka kronik yang berhubungan dengan kanker stadium lanjut.
Luka kanker terjadi ketika kanker yang tumbuh dibawah kulit merusak lapisan
sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan kanker, luka kanker juga akan
menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh darah tipis sehingga daerah
tersebut kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan kulit dan jaringan menjadi
mati (nekrosis). Selain jaringan menjadi nekrosis, bakteri atau kuman juga akan
mudah menginfeksi luka sehingga luka akan berbau. Luka kanker akan terlihat
seperti jamur atau cauliflower, maka dari itu luka kanker sering disebut
fungating wound.
Luka kanker dapat timbul dari :
·
Kanker kulit yang tidak tertangani dengan baik
(mis kanker squamosa sel, melanoma malignan)
·
Infiltrasi sel kanker bawah kulit sehingga
muncul ke permukaan (mis kanker payudara)
·
Metastase dari kanker yang letaknya jauh
·
Luka kronik yang berubah menjadi keganasan (luka
marjolin)
B.
Karakteristik
Luka Kanker
Karakteristik umum pada luka kanker,
antara lain :
1.
Bau tidak sedap (malodour)
Jaringan nekrosis merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri, baik yang aerob maupun anaerob. Bau tidak sedap
timbul akibat perkembangbiakan bakteri di dalam luka dan kondisi lembab karena
eksudat yang berlebih. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu sehingga mengganggu
kehidupan sosial pasien.
2.
Eksudat yang berlebih (heavy exudate)
Produksi eksudat yang berlebih disebabkan
karena disorganisasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah di sekitar
tumor, aktifitas bakteri dan proses inflamasi. Nekrosis tumor karena terapi bisa
meningkatkan eksudat yang purulent. Kondisi ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien karena balutan akan cepat basah.
3.
Nyeri
Kerusakan jaringan syaraf dan pembuluh
darah,syaraf tepi yang terekspos ke permukaan kulit dan prosedur pembersihan
luka dapat menimbulkan rasa nyeri pada pasien. Nyeri kadang digambarkan seperti
terbakar atau tajam seperti teriris dan hilang timbul.
4.
Mudah berdarah
Luka kanker memiliki kecenderungan untuk
mudah sekali berdarah karena pembuluh darah yang rapuh dan kerja trombosit yang
tidak efektif di sekitar luka. Perdarahan yang masif kemungkinan terjadi secara
spontan saat pembersihan luka bila dasar luka cukup dalam dan mengenai pembuluh
darah yang besar. Balutan yang lengket dan tindakan menggosok luka menggunakan
kassa juga bisa menimbulkan terjadinya perdarahan.
5.
Gatal-gatal
Kondisi lembab karena eksudat yang
berlebih dan iritasi kulit sekitar luka menimbulkan rasa gatal.
C.
Manajemen
Luka Kanker
1. Assesment/ Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan Fisik
c. Status Nutrisi
d. Tes Diagnostik
e. Pengkajian Luka
2. Pengobatan Kanker
a. Pembedahan (surgery)
b. Kemoterapi (pemberian obat
sitostatika)
c. Radioterapi (terapi sinar)
3. Menangani Pasien dan
Keluarga
a. Manajemen Nyeri
b. Dukungan Psikologis dan
Strategi Koping
4. Merawat Luka
a. Mencegah/ Mengatasi Infeksi
b. Mengontrol perdarahan
c. Mengurangi eksudat
d. Mengurangi bau
e. Menjaga integritas jaringan
sekitar luka
f. Pembalutan
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengkajian
Luka
Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi :
1.
Type Luka
a.
Luka akut
yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melalui intensi primer atau luka
traumatik atau luka bedah yang sembuh melalui intensi sekunder dan melalui
proses perbaikan yang tepat pada waktu dan mencapai hasil pemulihan integritas
anatomis sesuai dengan proses penyembuhan secara fisiologis.
b.
Luka
kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak sesuai dengan
waktu yang telah diperkirakan dan penyembuhannya mengalami komplikasi,
terhambat baik oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat
pada individu, luka atau lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa luka kronis
merupakan kegagalan penyembuhan pada luka akut.
2.
Type Penyembuhan
a.
Primary
Intention, Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka
dirapatkan baik dengan suture (jahitan), clips atau tape (plester). Jaringan
parut yang dihasilkan minimal.
b.
Delayed
Primary Intention, Jika luka terinfeksi atau mengandung benda asing dan
membutuhkan pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5
hari kemudian.
c.
Secondary
Intention, Penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses granulasi,
kontraksi dan epithelization. Jaringan parut cukup luas.
d.
Skin
Graft, Skin graft tipis dan tebal digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi.
e.
Flap,
Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subcutan pada luka yang berasal dari
jaringan terdekat.
3.
Kehilangan Jaringan
Kehilangan jaringan menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan atau
berkaitan dengan stadium kerusakan jaringan kulit.
a.
Superfisial,
Luka sebatas epidermis.
b.
Parsial
(Partial thickness), Luka meliputi epidermis dan dermis.
c.
Penuh
(Full thickness). Luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan subcutan.
Mungkin juga melibatkan otot, tendon dan tulang.
Atau dapat juga digambarkan melalui
beberapa stadium luka (Stadium I – IV ).
a.
Stage I
: Lapisan epidermis utuh, namun terdapat erithema atau perubahan warna.
b.
Stage II :
Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis.
Erithema dijaringan sekitar yang nyeri, panas dan edema. Exudte sedikit sampai
sedang mungkin ada.
c.
Stage III
: Kehilangan sampai dengan jaringan subcutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity), terdapat exudat sedang sampai banyak.
d.
Stage IV :
Hilangnya jaringan subcutan dengan terbentuknya (cavity), yang melibatkan otot,
tendon dan/atau tulang. Terdapat exudate sedang sampai banyak.
4.
Penampilan Klinis
Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka antara
lain :
a.
Hitam atau
Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau
lembab.
b.
Kuning
atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
c.
Merah atau
Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
d.
Pink atau
Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
e.
Kehijauan
atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri,
panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.
5.
Lokasi
Lokasi atau posisi luka, dihubungkan dengan posisi anatomis tubuh dan
mudah dikenali di dokumentasikan sebagai referensi utama. Lokasi luka
mempengaruhi waktu penyembuhan luka dan jenis perawatan yang diberikan. Lokasi
luka di area persendian cenderung bergerak dan tergesek, mungkin lebih lambat
sembuh karena regenerasi dan migrasi sel terkena trauma (siku, lutut, kaki).
Area yang rentan oleh tekanan atau gaya lipatan (shear force) akan lambat sembuh (pinggul, bokong), sedangkan
penyembuhan meningkat diarea dengan vaskularisasi baik (wajah).
6.
Ukuran Luka
Dimensi ukuran meliputi ukuran panjang, lebar, kedalaman atau diameter
(lingkaran). Pengkajian dan evaluasi kecepatan penyembuhan luka dan modalitas
terapi adalah komponen penting dari perawatan luka. Semua luka memerlukan
pengkajian 2 dimensi pada luka terbuka dan pengkajian 3 dimensi pada luka
berrongga atau berterowongan
a.
Pengkajian
dua dimensi
Pengukuran superfisial dapat dilakukan dengan alat seperti penggaris
untuk mengukur panjang dan lebar luka. Jiplakan lingkaran (tracing of circumference) luka direkomendasikan dalam bentuk
plastik transparan atau asetat sheet dan memakai spidol.
b.
Pengkajian
tiga dimensi
Pengkajian kedalaman berbagai sinus
tract internal memerlukan pendekatan tiga dimensi. Metode paling mudah adalah
menggunakan instrumen berupa aplikator kapas lembab steril atau kateter/baby
feeding tube. Pegang aplikator dengan ibu jari dan telunjuk pada titik yang
berhubungan dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik aplikator sambil
mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk yang memegangnya. Ukur dari ujung
aplikator pada posisi sejajar dengan penggaris sentimeter (cm).
Melihat luka ibarat berhadapan dengan jam. Bagian atas luka (jam 12)
adalah titik kearah kepala pasien, sedangkan bagian bawah luka (jam 6) adalah
titik kearah kaki pasien. Panjang dapat diukur dari ” jam 12 – jam 6 ”. Lebar
dapat diukur dari sisi ke sisi atau dari ” jam 3 – jam 9 ”.
Contoh Pengukuran
Luas luka 15 cm (P) x 12 cm(L) x 2
cm(T), dengan goa/undermining
7.
Eksudasi
Hal yang perlu dicatat tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna,
konsistensi dan bau.
a.
Jenis
Exudate
Serous
: cairan berwarna jernih.
Hemoserous
: cairan serous yang mewarna merah terang.
Sanguenous
: cairan berwarna darah kental/pekat.
Purulent
: kental mengandung nanah.
b.
Jumlah,
Kehilangan jumlah exudate luka berlebihan, seperti tampak pada luka bakar atau
fistula dapat mengganggu keseimbangan cairan dan mengakibatkan gangguan
elektrolit. Kulit sekitar luka juga cenderung maserasi jika tidak menggunkan
balutan atau alat pengelolaan luka yang tepat.
c.
Warna,Ini
berhubungan dengan jenis exudate namun juga menjadi indikator klinik yang baik
dari jenis bakteri yang ada pada luka terinfeksi (contoh, pseudomonas
aeruginosa yang berwarna hijau/kebiruan).
d.
Konsistensi,
Ini berhubungan dengan jenis exudate, sangat bermakna pada luka yang edema dan
fistula.
e.
Bau,
Ini berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan tubuh
seperti faeces terlihat pada fistula. Bau mungkin juga berhubungan dengan
proses autolisis jaringan nekrotik pada balutan oklusif (hidrocolloid).
8.
Kulit Sekitar Luka
Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan apakah ada
sellulitis, edema, benda asing, ekzema, dermatitis kontak atau maserasi.
Vaskularisasi jaringan sekitar dikaji dan batas-batasnya dicatat. Catat warna,
kehangatan dan waktu pengisian kapiler jika luka mendapatkan penekanan atau
kompresi. Nadi dipalpasi terutama saat mengkaji luka di tungkai bawah. Penting
untuk memeriksa tepi luka terhadap ada tidaknya epithelisasi dan/atau
kontraksi.
9.
Nyeri
Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal harus dipastikan.
Apakah nyeri berhubungan dengan penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau
benda asing. Atau apakah nyeri berkaitan dengan praktek perawatan luka atau prodak
yang dipakai. Nyeri harus diteliti dan dikelola secara tepat.
10.
Infeksi Luka
Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai ”pertumbuhan organisme dalam
luka yang berkaitan dengan reaksi jaringan”. (Westaby 1985). Reaksi jaringan
tergantung pada daya tahan tubuh host terhadap invasi mikroorganisme. Derajat
daya tahan tergantung pada faktor-faktor seperti status kesehatan umum, status
nutrisi, pengobatan dan derajat kerusakan jaringan. Infeksi mempengaruhi
penyembuhan luka dan mungkin menyebabkan dehiscence, eviserasi, perdarahan dan
infeksi sistemik yang mengancam kehidupan. Secara reguler klien diobservasi
terhadap adanya tanda dan gejala klinis infeksi sistemik atau infeksi luka.
Berdasarkan kondisi infeksi, luka diklasifiksikan atas:
a.
Bersih.
Tidak ada tanda-tanda infeksi. Luka dibuat dalam kondisi pembedahan yang
aseptik, tidak termasuk pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan.
b.
Bersih
terkontaminasi. Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan. Luka terkontaminasi oleh flora normal jaringan yang bersangkutan
namun tidak ada reaksi host.
c.
Kontaminasi.
Kontaminasi oleh bakteri diikuti reaksi host namun tidak terbentuk pus/nanah.
d.
Infeksi.
Terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar leukosit atau
makrophage.
11.
Implikasi Psikososial
Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman perlukaan dan
hadirnya luka. Kebijaksanaan dan pertimbangan harus digunakan dalam pengkajian
terhadap masalah potensial atau aktual yang berpengaruh kuat terhadap pasien
dan perawatnya dalam kaitannya terhadap ;
§
Harga diri dan Citra diri.
§
Perubahan fungsi tubuh.
§
Pemulihan dan rehabilitasi.
§
Issue kualitas hidup.
§
Peran keluarga dan sosial.
§
Status finansial.
B.
Perawatan Luka Kanker
Perawatan pasien dengan luka kanker difokuskan terutama untuk
mengendalikan gejala yang timbul dan mendukung psikologis dari pasien kanker.
Saat ini, teknik konvensional dalam perawatan luka kanker dengan menggunakan
kompres Nacl 0,9% masih banyak dilakukan. Perkembangan terbaru perawatan luka
menggunakan teknik modern wound dressing yang
dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka. Metode TIME (Tissue
management, Infection control, Moist balance and Edge advancement) dapat
digunakan pada perawatan luka kanker, hanya saja perawat harus lebih hati-hati
dalam terutama dalam manajemen jaringan luka kanker. Untuk dapat menghilangkan
slough dan jaringan nekrotik pada luka, perawat dapat melakukan autolitik
debridement.
Berikut beberapa tindakan yang dapat
dilakukan perawat untuk mengendalikan gejala dalam perawatan luka kanker
·
Eksudat yang berlebihan ; dapat digunakan
balutan yang menyerap eksudat banyak seperti hidroselulosa (aquacel), foam,
gammge dan lainnya. Usahakan balutan yang digunakan tidak melekat pada luka
untuk menghindari perdarahan ketika membuka balutan. Eksudat juga akan
menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat digunakan film barrier
atau cream (zink cream atau metcovazin cream)
·
Bau tidak sedap ; ditimbulkan akibat infeksi
bakteri. Balutan yang dapat digunakan adalah yang mengandung silver yang dapat
mengurangi pertumbuhan bakteri dan efektif mengontrol bau. Charcoal dressing
(carboflex dll) juga dapat digunakan untuk mengurangi bau. Jika bahan yang digunakan
terlalu mahal maka dapat digunakan metode alami dengan madu asli dan pemberian
aroma terapi untuk lingkungan sekitar sehingga bau tidak sedap dapat berkurang
dan pasien akan merasa nyaman
·
Nyeri ; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker
atau akibat dressing yang melekat pada kulit. Obat anti nyeri/ analgetik dapat
diberikan sebelum perawatan dan memilih balutan yang tidak lengket pada luka
akan mengurangi keluhan nyeri. Sedangkan bila nyeri dirasakan sangat mengganggu
pasien, maka perlu dikonsultasikan ke dokter untuk pemberian analgetik yang
lebih tinggi.
·
Perdarahan ; diakibatkan oleh sel kanker yang
merusak pembuluh darah kapiler. Memilih balutan/ dressing yang tidak melekat
pada luka akan mengurangi resiko perdarahan ketika membuka balutan. Selain itu
bisa menggunakan balutan yang mengandung kalsium alginate (kaltosat, suprasorb
A, seasorb dll) yang dapat menghentikan perdarahan minor. Jika perdarahan tidak
berhenti maka dapat digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah yang
berdarah.
·
Gatal ; disebabkan oleh kulit yang meregang dan
ujung saraf yang teriritasi oleh kanker. Dapat diberikan anti histamine,
menggunakan lembaran hydrogel dan krim
mentol.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Luka kanker
memiliki sifat yang berbeda dengan luka karena cedera pada umumnya, diantaranya
yaitu eksudat yang berlebih, bau busuk yang menyengat, mudah berdarah, nyeri
kronis dan sukar untuk sembuh. Perkembangan luka kanker tidak bisa diprediksi
karena sangat pengaruhi oleh stadium kanker yang diderita oleh pasien, sehingga
bisa jadi setelah perawatan, kondisi luka malah semakin luas. Karena itu,
kesembuhan bukanlah tujuan utama dalam perawatan luka namun lebih pada
meningkatkan kualitas hidup pasien. Perkembangan terbaru perawatan luka
menggunakan teknik modern wound dressing yang
dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka. Metode TIME (Tissue
management, Infection control, Moist balance and Edge advancement) dapat
digunakan pada perawatan luka kanker, hanya saja perawat harus lebih hati-hati
dalam terutama dalam manajemen jaringan luka kanker.
B.
Saran
Kanker merupakan
penyakit kronis yang sukar untuk disembuhkan bahkan banyak diantaranya yang
berujung pada kematian, sehingga dampak yang ditimbulkan bukan hanya fisik tapi
juga psiko-sosio-spiritual. Adanya luka kanker juga dapat menyebabkan
produktifitas pasien menurun, ketergantungan pada orang lain, merasa malu,
isolasi sosial dan putus asa. Perawat yang bekerja di unit onkologi perlu
melakukan pendekatan secara komprehensif, disamping itu dalam hal perawatan
luka, perawat perlu terus meng update
ilmu terbaru dengan evidence based
practice baik melalui pelatihan, work shop, membaca literatur ataupun
browsing di internet. Sehingga diharapkan kualitas pelayanan keperawatan dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara,
Holmes, et al. 2011. Cancer Nursing :
Principles and Practice 7th Ed. By Jones And Bartlett
Publishers, USA
Indrawati,2009. Bahaya Kanker bagi Wanita dan Pria. AV Publisher,
Jakarta
Junaidi, 2007. Kanker.
PT. Bhuana Ilmu Popule, Jakarta
Tarigan Rosina, 2007. Perawatan Luka ; Moist Wound Healing.
Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK-UI, Jakarta.
http://nulianamajid.blogspot.co.id/2013/03/konsep-dasar-luka-askep-luka.html
(diakses pada tanggal 12/09/2015)
Wayne Naylor, 2005. Wound Management Guideliness, Mercy Hospice Auckland, New Zealand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar