Kanker
adalah suatu penyakit yang ditakuti oleh semua orang tak terkecuali seorang
wanita. Terlebih jika kanker tersebut menyerang bagian atau organ tubuh yang
sangat vital sehingga dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang.
Salah satu jenis kanker yang sangat ditakuti oleh wanita dan juga menduduki
peringkat teratas untuk penyakit kanker yang mematikan adalah kanker serviks.
Kanker ini tentunya sudah sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia.
Kanker serviks merupakan penyakit kanker
yang menyerang bagian leher rahim atau serviks, karenanya sebagian orang pun
menyebutnya dengan istilah kanker leher rahim. Penyakit ini disebabkan oleh
sebuah virus yang bernama Human Pappiloma Virus (HPV). Kanker
serviks biasanya menyerang wanita yang berusia sekitar 35 tahun hingga 55
tahun. Setiap tahun, penderita kanker serviks semakin bertambah baik di
Indonesia maupun di dunia. Pertambahan jumlah penderita kanker serviks sejalan
dengan buruknya gaya hidup masyarakat pada saat ini.
Seperti penderita penyakit kanker
lainnya, mereka yang mengidap kanker serviks sebagian besar baru menyadari
bahwa dirinya sedang terserang penyakit berbahaya ini ketika kanker telah
memasuki tahapan yang serius. Jika demikian maka pengobatan pun akan menjadi
lebih sulit untuk dilakukan. Padahal jika seorang wanita rutin memeriksakan
kesehatan organ reproduksinya, serangan penyakit ini pun akan lebih dini untuk
diketahui. Kabar baiknya jika penyakit kanker serviks diketahui ketika masih
dalam tahap awal maka penyakit ganas ini pun dapat disembuhkan bahkan hingga
total. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan kanker serviks
ketika masih berada pada tahap awal adalah krioterapi. Apakah Anda sudah mengetahuinya
lebih lanjut?
Krioterapi,
Satu Langkah Ampuh Untuk Membunuh Kanker Serviks
Istilah krioterapi mungkin masih cukup
asing terdengar oleh orang awam. Bagi Anda yang belum mengetahuinya, krioterapi
merupakan suatu tindakan pengobatan menggunakan alat krioterapi dengan cara
melakukan pendinginan (gas yang dingin) agar terjadi pembekuan untuk
menghancurkan sel yang tidak normal seperti sel kanker baik itu yang bersifat
ganas ataupun jinak dan yang berada di permukaan ataupun di dalam tubuh. Pendinginan
ini biasanya diperoleh dari pemanfaatan zat nitrogen ataupun dry ice.
Pengobatan kanker serviks dengan menggunakan krioterapi ini dinilai memiliki
sensitivitas yang tinggi yaitu lebih dari 90% dan spesifitasnya sekitar 40%
sehingga sangat efektif untuk membunuh kanker.
Bagaimana Krioterapi Dilakukan?
Krioterapi bukanlah suatu pengobatan yang
dapat dilakukan secara mendadak. Artinya dalam melakukan krioterapi ini
haruslah didahului dengan metode deteksi dini penyakit kanker serviks. Salah
satu metode deteksi dini untuk penyakit ganas ini adalah dengan melakukan IVA
atau Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. IVA merupakan suatu langkah deteksi
dini penyakit kanker serviks yang dapat dilakukan di puskesmas dengan cara yang
sederhana, murah, cepat, namun tetap akurat.
Untuk melakukannya cukup dengan
mengoleskan secara langsung asam asetat atau cuka dapur (konsentrasi sekitar
3-5%) pada leher rahim, kemudian tunggu hasilnya sekitar 1 menit. Tindakan ini
tentunya hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih seperti
bidan, perawat, ataupun dokter. Jika hasilnya tidak menunjukkan perubahan
apapun pada leher rahim yang telah dioleskan tadi maka artinya tidak ada lesi
prakanker atau tidak ada gejala awal yang menunjukkan adanya penyakit ganas
ini. Pasien pun biasanya akan direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
kembali pada 5 tahun yang akan datang dengan tujuan untuk mendeteksi kembali
apakah leher rahim masih dalam keadaan normal (bebas dari sel kanker) atau
tidak.
Namun jika hasilnya menunjukkan adanya
lesi prakanker berupa bercak putih pada bagian yang dioleskan asam asetat tadi
maka tindakan selanjutnya yang sebaiknya dilakukan adalah krioterapi. Apabila
terdapat lesi prakanker artinya ada sinyal awal pada leher rahim yang
berpotensi untuk menjadi sel kanker serviks jika tidak ditangani lebih lanjut.
Tindakan krioterapi sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan IVA yang menunjukkan
lesi prakanker ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan lesi tersebut
agar tidak berkembang menjadi sel kanker yang semakin ganas.
Krioterapi dilakukan dengan cara
menyemprotkan gas CO2 atau N2 dengan suhu yang
sangat dingin ke bagian leher rahim. Tujuannya agar sel-sel kanker pada area
tersebut mati. Selama proses krioterapi berlangsung, cairan gas yang dingin
tadi bersirkulasi melalui probe atau alat yang ditempatkan disamping jaringan
atau sel yang abnormal. Proses pengobatan ini akan berlangsung sekitar 5 menit
tergantung dari kondisi pasien dan juga sudah sejauh mana lesi prakanker ini
berkembang. Proses krioterapi akan dapat membekukan jaringan atau sel yang
abnormal selama kurang lebih 3 menit lalu mencair dan kemudian dibekukan
kembali selama 2-3 menit. Hasil dari krioterapi ini adalah sel kanker yang akan
langsung membeku dengan suhu yang sangat rendah dan akan berbentuk seperti
bongkahan es dan kemudian sel kanker ini akan mati.
Apa
yang Sebaiknya Dilakukan Seseorang Setelah Menjalani Krioterapi?
Setelah
seseorang melakukan krioterapi, biasanya dokter akan menjadwalkan pemeriksaan
ulang pada 7 hari, 1 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah tindakan berlangsung.
Walaupun krioterapi ini dinilai efektif untuk membunuh lesi prakanker, namun
pemeriksaan ulang ini tetap dilakukan untuk memastikan bahwa lesi prakanker
benar-benar hilang dan tidak bersarang lagi pada leher rahim. Selain itu
pemeriksaan secara berkala pun (selama 1 tahun sekali atau 5 tahun sekali)
sebenarnya masih direkomendasikan untuk pasien yang telah menjalani krioterapi
ini agar kesehatan organ reproduksi dapat terpantau dengan baik.
Apa
Saja Efek Samping yang Dirasakan Oleh Mereka yang Menjalani Krioterapi?
Efek
samping yang dialami oleh setiap orang yang menjalani krioterapi ini
bermacam-macam, tentunya akan berbeda satu sama lain. Umumnya, beberapa orang
akan merasakan ketidaknyamanan setelah menjalani pengobatan ini. Banyak pula
dari mereka yang merasakan sensasi dingin dan sedikit kram selama pengobatan
berlangsung walaupun terkadang ada rasa hangat yang terasa menjalar ke tubuh
bagian atas dan wajah.
Selain
itu, setelah krioterapi ini dilakukan umumnya seseorang akan mengeluarkan
cairan, cairan tersebut dapat berwarna bening ataupun berwarna kemerahan karena
bercampur dengan darah. Kondisi ini biasanya akan berlangsung selama kurang
lebih 4 minggu. Karenanya, mereka yang telah menjalani krioterapi sangat disarankan
untuk tidak mengangkat barang yang berat dan tidak berhubungan intim selama
satu bulan.
Dimana
Krioterapi Ini Dapat Dilakukan?
Tindakan
krioterapi ini dapat dengan mudah dilakukan di Puskesmas oleh bidan ataupun
dokter kandungan. Namun perlu diketahui bahwa krioterapi ini hanya dapat
dilakukan untuk menghilangkan lesi prakanker saja, sebagai tindak lanjut dari
deteksi dini kanker serviks. Krioterapi tidak dapat dilakukan untuk
menghilangkan sel kanker pada mereka yang telah mengidap kanker serviks stadium
lanjut.
Sumber : faktakanker.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar