identity

ALI FAOJI, S.Kep, Ns PERAWAT RUANG KEMOTERAPI RSUD TUGUREJO SEMARANG pengin tanya2 lebih lanjut email ke fauziali40@gmail.com

Senin, 19 Oktober 2015

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PERAWATAN LUKA KANKER MELALUI PERAWATAN LUKA YANG BERKUALITAS



UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PERAWATAN LUKA KANKER
MELALUI PERAWATAN LUKA YANG BERKUALITAS
  By : ALI FAOJI, SKep Ns
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
      Luka kanker paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita kanker bagian payudara, kepala dan leher. Luka ini muncul ke permukaan kulit akibat infiltrasi dari sel-sel maligna sehingga merusak integritas jaringan. Luka kanker memiliki sifat yang berbeda dengan luka karena cedera pada umumnya, diantaranya yaitu eksudat yang berlebih, bau busuk yang menyengat, mudah berdarah, nyeri kronis dan sukar untuk sembuh. Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa malu, isolasi sosial, depresi sampai putus asa. Perkembangan luka kanker tidak bisa diprediksi karena sangat pengaruhi oleh stadium kanker yang diderita oleh pasien, sehingga bisa jadi setelah perawatan, kondisi luka malah semakin luas. Karena itu, prinsip dalam perawatan palliative, kesembuhan bukanlah tujuan utama dalam perawatan luka namun lebih pada meningkatkan kualitas hidup pasien.
B.       Rumusan Permasalahan
      Berdasarkan data rekam medis RSUD Tugurejo hingga bulan Maret 2015, total jumlah pasien onkologi sebanyak 46 orang, 24 orang diantaranya terdiagnosis ca mamae, 22 orang jenis kanker yang lain. Sedangkan yang memerlukan tindakan perawatan luka sebanyak 15 orang dimana sebagian besarnya adalah pasien ca mamae stadium lanjut. Luka kanker berdampak pada pasien baik fisik maupun psikologis sehingga akan menurunkan kualitas hidup pasien. Hal ini ditunjukkan dengan produktifitas pasien menurun, ketergantungan pada orang lain, merasa malu, isolasi sosial dan putus asa. Peran perawat baik yang di rawat jalan maupun rawat inap untuk memberikan perawatan luka yang berkualitas sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
C.      Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
      Memberikan gambaran tentang manajemen perawatan luka kanker, prinsip-prinsip penatalaksanaan yang perlu diketahui perawat.
2.    Tujuan Khusus
a.       Menjelaskan pengertian luka kanker
b.      Menjelaskan karakteristik luka kanker
c.       Menjelaskan prinsip-prinsip perawatan luka kanker
D.      Manfaat Penulisan
1.    Bagi Pasien
      Dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
2.    Bagi Perawat
      Dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien kanker.
3.    Bagi Rumah Sakit
      Dapat menjadi masukan bagi penyusunan Standart Operating Procedure (SOP) dalam perawatan luka kanker.

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian
      Luka kanker atau dikenal sebagai fungating wound merupakan kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh infiltrasi sel maligna. Luka kanker adalah salah satu luka kronik yang berhubungan dengan kanker stadium lanjut. Luka kanker terjadi ketika kanker yang tumbuh dibawah kulit merusak lapisan sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan kanker, luka kanker juga akan menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh darah tipis sehingga daerah tersebut kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan kulit dan jaringan menjadi mati (nekrosis). Selain jaringan menjadi nekrosis, bakteri atau kuman juga akan mudah menginfeksi luka sehingga luka akan berbau. Luka kanker akan terlihat seperti jamur atau cauliflower, maka dari itu luka kanker sering disebut fungating wound.
      Luka kanker dapat timbul dari :
·      Kanker kulit yang tidak tertangani dengan baik (mis kanker squamosa sel, melanoma malignan)
·      Infiltrasi sel kanker bawah kulit sehingga muncul ke permukaan (mis kanker payudara)
·      Metastase dari kanker yang letaknya jauh
·      Luka kronik yang berubah menjadi keganasan (luka marjolin)
B.       Karakteristik Luka Kanker
      Karakteristik umum pada luka kanker, antara lain :
1.    Bau tidak sedap (malodour)
      Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik yang aerob maupun anaerob. Bau tidak sedap timbul akibat perkembangbiakan bakteri di dalam luka dan kondisi lembab karena eksudat yang berlebih. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu sehingga mengganggu kehidupan sosial pasien.
2.    Eksudat yang berlebih (heavy exudate)
      Produksi eksudat yang berlebih disebabkan karena disorganisasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah di sekitar tumor, aktifitas bakteri dan proses inflamasi. Nekrosis tumor karena terapi bisa meningkatkan eksudat yang purulent. Kondisi ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien karena balutan akan cepat basah.
3.    Nyeri
      Kerusakan jaringan syaraf dan pembuluh darah,syaraf tepi yang terekspos ke permukaan kulit dan prosedur pembersihan luka dapat menimbulkan rasa nyeri pada pasien. Nyeri kadang digambarkan seperti terbakar atau tajam seperti teriris dan hilang timbul.
4.    Mudah berdarah
      Luka kanker memiliki kecenderungan untuk mudah sekali berdarah karena pembuluh darah yang rapuh dan kerja trombosit yang tidak efektif di sekitar luka. Perdarahan yang masif kemungkinan terjadi secara spontan saat pembersihan luka bila dasar luka cukup dalam dan mengenai pembuluh darah yang besar. Balutan yang lengket dan tindakan menggosok luka menggunakan kassa juga bisa menimbulkan terjadinya perdarahan.
5.    Gatal-gatal
      Kondisi lembab karena eksudat yang berlebih dan iritasi kulit sekitar luka menimbulkan rasa gatal.
C.      Manajemen Luka Kanker
1.    Assesment/ Pengkajian
a.    Riwayat Kesehatan
b.    Pemeriksaan Fisik
c.    Status Nutrisi
d.   Tes Diagnostik
e.    Pengkajian Luka
2.    Pengobatan Kanker
a.    Pembedahan (surgery)
b.    Kemoterapi (pemberian obat sitostatika)
c.    Radioterapi (terapi sinar)
3.    Menangani Pasien dan Keluarga
a.    Manajemen Nyeri
b.    Dukungan Psikologis dan Strategi Koping
4.    Merawat Luka
a.    Mencegah/ Mengatasi Infeksi
b.    Mengontrol perdarahan
c.    Mengurangi eksudat
d.   Mengurangi bau
e.    Menjaga integritas jaringan sekitar luka
f.     Pembalutan

               
BAB III
PEMBAHASAN

A.  Pengkajian Luka
      Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi :
1.    Type Luka
a.    Luka akut yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melalui intensi primer atau luka traumatik atau luka bedah yang sembuh melalui intensi sekunder dan melalui proses perbaikan yang tepat pada waktu dan mencapai hasil pemulihan integritas anatomis sesuai dengan proses penyembuhan secara fisiologis.
b.    Luka kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan dan penyembuhannya mengalami komplikasi, terhambat baik oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat pada individu, luka atau lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa luka kronis merupakan kegagalan penyembuhan pada luka akut.
2.    Type Penyembuhan
a.    Primary Intention, Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka dirapatkan baik dengan suture (jahitan), clips atau tape (plester). Jaringan parut yang dihasilkan minimal.
b.    Delayed Primary Intention, Jika luka terinfeksi atau mengandung benda asing dan membutuhkan pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5 hari kemudian.
c.    Secondary Intention, Penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses granulasi, kontraksi dan epithelization. Jaringan parut cukup luas.
d.   Skin Graft, Skin graft tipis dan tebal digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi.
e.    Flap, Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subcutan pada luka yang berasal dari jaringan terdekat.
3.    Kehilangan Jaringan
      Kehilangan jaringan menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan atau berkaitan dengan stadium kerusakan jaringan kulit.
a.    Superfisial, Luka sebatas epidermis.
b.    Parsial (Partial thickness), Luka meliputi epidermis dan dermis.
c.    Penuh (Full thickness). Luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan subcutan. Mungkin juga melibatkan otot, tendon dan tulang.
      Atau dapat juga digambarkan melalui beberapa stadium luka (Stadium I – IV ).
a.    Stage I : Lapisan epidermis utuh, namun terdapat erithema atau perubahan warna.
b.    Stage II : Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis. Erithema dijaringan sekitar yang nyeri, panas dan edema. Exudte sedikit sampai sedang mungkin ada.
c.    Stage III : Kehilangan sampai dengan jaringan subcutan, dengan terbentuknya rongga (cavity), terdapat exudat sedang sampai banyak.
d.   Stage IV : Hilangnya jaringan subcutan dengan terbentuknya (cavity), yang melibatkan otot, tendon dan/atau tulang. Terdapat exudate sedang sampai banyak.
4.    Penampilan Klinis
      Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka antara lain :
a.    Hitam atau Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau lembab.
b.    Kuning atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
c.    Merah atau Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
d.   Pink atau Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
e.    Kehijauan atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.
5.    Lokasi
      Lokasi atau posisi luka, dihubungkan dengan posisi anatomis tubuh dan mudah dikenali di dokumentasikan sebagai referensi utama. Lokasi luka mempengaruhi waktu penyembuhan luka dan jenis perawatan yang diberikan. Lokasi luka di area persendian cenderung bergerak dan tergesek, mungkin lebih lambat sembuh karena regenerasi dan migrasi sel terkena trauma (siku, lutut, kaki). Area yang rentan oleh tekanan atau gaya lipatan (shear force) akan lambat sembuh (pinggul, bokong), sedangkan penyembuhan meningkat diarea dengan vaskularisasi baik (wajah).
6.    Ukuran Luka
      Dimensi ukuran meliputi ukuran panjang, lebar, kedalaman atau diameter (lingkaran). Pengkajian dan evaluasi kecepatan penyembuhan luka dan modalitas terapi adalah komponen penting dari perawatan luka. Semua luka memerlukan pengkajian 2 dimensi pada luka terbuka dan pengkajian 3 dimensi pada luka berrongga atau berterowongan
a.    Pengkajian dua dimensi
      Pengukuran superfisial dapat dilakukan dengan alat seperti penggaris untuk mengukur panjang dan lebar luka. Jiplakan lingkaran (tracing of circumference) luka direkomendasikan dalam bentuk plastik transparan atau asetat sheet dan memakai spidol.
b.    Pengkajian tiga dimensi
      Pengkajian kedalaman berbagai sinus tract internal memerlukan pendekatan tiga dimensi. Metode paling mudah adalah menggunakan instrumen berupa aplikator kapas lembab steril atau kateter/baby feeding tube. Pegang aplikator dengan ibu jari dan telunjuk pada titik yang berhubungan dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik aplikator sambil mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk yang memegangnya. Ukur dari ujung aplikator pada posisi sejajar dengan penggaris sentimeter (cm).
      Melihat luka ibarat berhadapan dengan jam. Bagian atas luka (jam 12) adalah titik kearah kepala pasien, sedangkan bagian bawah luka (jam 6) adalah titik kearah kaki pasien. Panjang dapat diukur dari ” jam 12 – jam 6 ”. Lebar dapat diukur dari sisi ke sisi atau dari ” jam 3 – jam 9 ”.
      Contoh Pengukuran
Luas luka 15 cm (P) x 12 cm(L) x 2 cm(T), dengan goa/undermining
7.    Eksudasi
      Hal yang perlu dicatat tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna, konsistensi dan bau.
a.    Jenis Exudate
Serous : cairan berwarna jernih.
Hemoserous : cairan serous yang mewarna merah terang.
Sanguenous : cairan berwarna darah kental/pekat.
Purulent : kental mengandung nanah.
b.    Jumlah, Kehilangan jumlah exudate luka berlebihan, seperti tampak pada luka bakar atau fistula dapat mengganggu keseimbangan cairan dan mengakibatkan gangguan elektrolit. Kulit sekitar luka juga cenderung maserasi jika tidak menggunkan balutan atau alat pengelolaan luka yang tepat.
c.    Warna,Ini berhubungan dengan jenis exudate namun juga menjadi indikator klinik yang baik dari jenis bakteri yang ada pada luka terinfeksi (contoh, pseudomonas aeruginosa yang berwarna hijau/kebiruan).
d.   Konsistensi, Ini berhubungan dengan jenis exudate, sangat bermakna pada luka yang edema dan fistula.
e.    Bau, Ini berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan tubuh seperti faeces terlihat pada fistula. Bau mungkin juga berhubungan dengan proses autolisis jaringan nekrotik pada balutan oklusif (hidrocolloid).
8.    Kulit Sekitar Luka
      Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan apakah ada sellulitis, edema, benda asing, ekzema, dermatitis kontak atau maserasi. Vaskularisasi jaringan sekitar dikaji dan batas-batasnya dicatat. Catat warna, kehangatan dan waktu pengisian kapiler jika luka mendapatkan penekanan atau kompresi. Nadi dipalpasi terutama saat mengkaji luka di tungkai bawah. Penting untuk memeriksa tepi luka terhadap ada tidaknya epithelisasi dan/atau kontraksi.
9.    Nyeri
      Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal harus dipastikan. Apakah nyeri berhubungan dengan penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Atau apakah nyeri berkaitan dengan praktek perawatan luka atau prodak yang dipakai. Nyeri harus diteliti dan dikelola secara tepat.
10.     Infeksi Luka
      Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai ”pertumbuhan organisme dalam luka yang berkaitan dengan reaksi jaringan”. (Westaby 1985). Reaksi jaringan tergantung pada daya tahan tubuh host terhadap invasi mikroorganisme. Derajat daya tahan tergantung pada faktor-faktor seperti status kesehatan umum, status nutrisi, pengobatan dan derajat kerusakan jaringan. Infeksi mempengaruhi penyembuhan luka dan mungkin menyebabkan dehiscence, eviserasi, perdarahan dan infeksi sistemik yang mengancam kehidupan. Secara reguler klien diobservasi terhadap adanya tanda dan gejala klinis infeksi sistemik atau infeksi luka.
      Berdasarkan kondisi infeksi, luka diklasifiksikan atas:
a.    Bersih. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Luka dibuat dalam kondisi pembedahan yang aseptik, tidak termasuk pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau pencernaan.
b.    Bersih terkontaminasi. Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau pencernaan. Luka terkontaminasi oleh flora normal jaringan yang bersangkutan namun tidak ada reaksi host.
c.    Kontaminasi. Kontaminasi oleh bakteri diikuti reaksi host namun tidak terbentuk pus/nanah.
d.   Infeksi. Terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar leukosit atau makrophage.
11.     Implikasi Psikososial
      Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman perlukaan dan hadirnya luka. Kebijaksanaan dan pertimbangan harus digunakan dalam pengkajian terhadap masalah potensial atau aktual yang berpengaruh kuat terhadap pasien dan perawatnya dalam kaitannya terhadap ;
§  Harga diri dan Citra diri.
§  Perubahan fungsi tubuh.
§  Pemulihan dan rehabilitasi.
§  Issue kualitas hidup.
§  Peran keluarga dan sosial.
§  Status finansial.
B.  Perawatan Luka Kanker
      Perawatan pasien dengan luka kanker difokuskan terutama untuk mengendalikan gejala yang timbul dan mendukung psikologis dari pasien kanker. Saat ini, teknik konvensional dalam perawatan luka kanker dengan menggunakan kompres Nacl 0,9% masih banyak dilakukan. Perkembangan terbaru perawatan luka menggunakan teknik modern wound dressing yang dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Metode TIME (Tissue management, Infection control, Moist balance and Edge advancement) dapat digunakan pada perawatan luka kanker, hanya saja perawat harus lebih hati-hati dalam terutama dalam manajemen jaringan luka kanker. Untuk dapat menghilangkan slough dan jaringan nekrotik pada luka, perawat dapat melakukan autolitik debridement.
      Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengendalikan gejala dalam perawatan luka kanker
·         Eksudat yang berlebihan ; dapat digunakan balutan yang menyerap eksudat banyak seperti hidroselulosa (aquacel), foam, gammge dan lainnya. Usahakan balutan yang digunakan tidak melekat pada luka untuk menghindari perdarahan ketika membuka balutan. Eksudat juga akan menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat digunakan film barrier atau cream (zink cream atau metcovazin cream)
·         Bau tidak sedap ; ditimbulkan akibat infeksi bakteri. Balutan yang dapat digunakan adalah yang mengandung silver yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan efektif mengontrol bau. Charcoal dressing (carboflex dll) juga dapat digunakan untuk mengurangi bau. Jika bahan yang digunakan terlalu mahal maka dapat digunakan metode alami dengan madu asli dan pemberian aroma terapi untuk lingkungan sekitar sehingga bau tidak sedap dapat berkurang dan pasien akan merasa nyaman
·         Nyeri ; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker atau akibat dressing yang melekat pada kulit. Obat anti nyeri/ analgetik dapat diberikan sebelum perawatan dan memilih balutan yang tidak lengket pada luka akan mengurangi keluhan nyeri. Sedangkan bila nyeri dirasakan sangat mengganggu pasien, maka perlu dikonsultasikan ke dokter untuk pemberian analgetik yang lebih tinggi.
·         Perdarahan ; diakibatkan oleh sel kanker yang merusak pembuluh darah kapiler. Memilih balutan/ dressing yang tidak melekat pada luka akan mengurangi resiko perdarahan ketika membuka balutan. Selain itu bisa menggunakan balutan yang mengandung kalsium alginate (kaltosat, suprasorb A, seasorb dll) yang dapat menghentikan perdarahan minor. Jika perdarahan tidak berhenti maka dapat digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah yang berdarah.
·         Gatal ; disebabkan oleh kulit yang meregang dan ujung saraf yang teriritasi oleh kanker. Dapat diberikan anti histamine, menggunakan lembaran hydrogel dan   krim mentol.

 
BAB IV
PENUTUP

A.      Simpulan
      Luka kanker memiliki sifat yang berbeda dengan luka karena cedera pada umumnya, diantaranya yaitu eksudat yang berlebih, bau busuk yang menyengat, mudah berdarah, nyeri kronis dan sukar untuk sembuh. Perkembangan luka kanker tidak bisa diprediksi karena sangat pengaruhi oleh stadium kanker yang diderita oleh pasien, sehingga bisa jadi setelah perawatan, kondisi luka malah semakin luas. Karena itu, kesembuhan bukanlah tujuan utama dalam perawatan luka namun lebih pada meningkatkan kualitas hidup pasien. Perkembangan terbaru perawatan luka menggunakan teknik modern wound dressing yang dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Metode TIME (Tissue management, Infection control, Moist balance and Edge advancement) dapat digunakan pada perawatan luka kanker, hanya saja perawat harus lebih hati-hati dalam terutama dalam manajemen jaringan luka kanker.
B.       Saran
      Kanker merupakan penyakit kronis yang sukar untuk disembuhkan bahkan banyak diantaranya yang berujung pada kematian, sehingga dampak yang ditimbulkan bukan hanya fisik tapi juga psiko-sosio-spiritual. Adanya luka kanker juga dapat menyebabkan produktifitas pasien menurun, ketergantungan pada orang lain, merasa malu, isolasi sosial dan putus asa. Perawat yang bekerja di unit onkologi perlu melakukan pendekatan secara komprehensif, disamping itu dalam hal perawatan luka, perawat perlu terus meng update ilmu terbaru dengan evidence based practice baik melalui pelatihan, work shop, membaca literatur ataupun browsing di internet. Sehingga diharapkan kualitas pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
     
 
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Holmes, et al. 2011. Cancer Nursing : Principles and Practice 7th Ed. By Jones And Bartlett Publishers, USA
Indrawati,2009. Bahaya Kanker bagi Wanita dan Pria. AV Publisher, Jakarta
Junaidi, 2007. Kanker. PT. Bhuana Ilmu Popule, Jakarta
Tarigan Rosina, 2007. Perawatan Luka ; Moist Wound Healing. Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK-UI, Jakarta.
Wayne Naylor, 2005. Wound Management Guideliness, Mercy Hospice Auckland, New Zealand









 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar