identity

ALI FAOJI, S.Kep, Ns PERAWAT RUANG KEMOTERAPI RSUD TUGUREJO SEMARANG pengin tanya2 lebih lanjut email ke fauziali40@gmail.com

Rabu, 09 Agustus 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER DENGAN PEMBERIAN KEMOTERAPI_part 1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER

 DENGAN PEMBERIAN KEMOTERAPI

By : Ali Faoji, S.Kep, Ns

A. Pendahuluan
      Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan dan mencemaskan bagi setiap orang. Pasien yang menderita kanker akan menjalani perawatan yang lama, prosedur pemeriksaan yang berbagai macam dan efek pengobatan yang tidak menyenangkan. Belum lagi dampak sosial ekonomi yang bukan hanya ditanggung pasien tapi juga keluarganya. Dari sisi psikologis dan spiritual pasien juga tentunya terganggu, bahkan sebagian orang menganggap diagnosa kanker seolah menjadi ‘vonis mati’ bagi dirinya.
      Semakin lama penderita kanker semakin meningkat. Untuk prevalensi penyakit kanker di Indonesia, secara keseluruhan memiliki persentase 1,4 per seribu penduduk atau sama dengan 330 ribu orang. Dengan perincian menurut provinsi, posisi paling tinggi terdapat di DI Yogyakarta dengan 4,1‰, lalu di Jawa tengah dengan 2,1‰, diikuti oleh bali dengan 2‰, dan DKI Jakarta serta Bengkulu masing-masing 1,9‰. (Riskesdas 2013). Namun karena registrasi kanker di negara kita belum berjalan dengan baik, maka angka sesungguhnya kemungkinan lebih tinggi.
      Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, Jumlah pasien kanker payudara merupakan yang paling tinggi yaitu 12.014 orang, disusul oleh pasien kanker serviks 5.349 orang, pasien kanker darah (Leukemia) 4.342 orang, pasien kanker lipoma 3.486 orang dan pasien kanker paru-paru sebanyak 3.244 orang. Perempuan lebih banyak terkena kanker dibanding pada laki-laki, pada perempuan persentasenya mencapai angka 2,2‰ sedangkan pada laki-laki hanya berada pada angka 0,6‰

B.  Definisi Kemoterapi
      Secara bahasa kemoterapi berasal dari kata ‘chemical’ (kimia) dan therapy (pengobatan) artinya pengobatan dengan menggunakan zat-zat kimia. Namun secara istilah kemoterapi adalah pengobatan pada penyakit kanker dengan menggunakan preparat anti neoplastik yang berkhasiat membunuh dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dengan mengganggu metabolisme dan reproduksi seluler. Obat-obat kemoterapi umumnya disebut obat sitostatika.
      Kemoterapi banyak dilakukan sebagai salah satu modalitas terapi kanker disamping pembedahan (surgery) dan radioterapi. Namun tidak seperti pembedahan/ radioterapi yang bersifat lokal, kemoterapi bersifat sistemik karena beredar ke seluruh sistem tubuh. Kerugian pemberian kemoterapi adalah karena selain membunuh sel-sel kanker, juga akan merusak sel-sel sehat yang berproliferasi secara cepat seperti folikel rambut, mukosa, produksi sel-sel darah di sumsum tulang dan organ reproduksi. Inilah yang menimbulkan berbagai efek samping seperti kerontokan rambut, sariawan, diare, pansitopenia dan infertilitas. Namun sebagian besar efek samping tersebut bersifat sementara selama masa pengobatan.
      Pada sejarah awalnya penggunaan kemoterapi hanya digunakan satu jenis sitostatika, namun dalam perkembangannya kini digunakan kombinasi sitostatika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha meningkatkan efektifitas pengobatan. Penggunaan obat kombinasi ini apabila sudah melalui riset mengenai khasiat dan efek sampingnya dan disahkan oleh kementerian kesehatan di suatu negara maka akan menjadi regimen standar negara tersebut, sedangkan bila masih dalam penelitian disebut regimen kemoterapi dalam uji klinik (clinical trial)

C. Tujuan Kemoterapi
1.   Membasmi sel-sel kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah.
2.   Mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan operasi pengangkatan.
3.   Mencegah metastase (penyebaran) kanker ke organ lain.
4.   Mencegah sel kanker tumbuh kembali (rekuren).
5.   Meringankan gejala akibat tumor (nyeri, luka bau, basah dll).
6.   Memperbaiki kualitas hidup pasien.
Dokter onkologi biasanya merekomendasikan untuk dilakukan kemoterapi sebagai :
1.   Primary Treatment (Pengobatan Utama)
Kemoterapi sebagai terapi utama missal pada kasus kanker non solid (hematologi) seperti leukimia
2.   Adjuvant
Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan setelah terapi utama misal pada kanker payudara dilakukan setelah mastektomi.
3.   Neo adjuvant
Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan sebelum terapi utama biasanya bertujuan untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan pengangkatan.
4.   Radiosensitizer
Kemoterapi dilakukan sebelum radioterapi untuk meningkatkan efektifitasnya

D. Jenis Kemoterapi
1.   Inhibitor Mitosis
     Inhibitor mitosis berasal dari divat alkaloid tanaman dan produk alam lainnya. Kemoterapi jenis ini bekerja dengan cara menghentikan proses mitosis dan menghambat reproduksi sel. Kemoterapi jenis ini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker.
2.   Antibiotik Antitumor
Antibiotik antitumor, seperti anthracyclines, adalah antibiotik yang ditujukan untuk menyerang tumor. Kemoterapi jenis ini memiliki cara kerja dengan mempengaruhi enzim yang terlibat dalam proses replikasi DNA. Namun menurut American Cancer Society dosis tinggi anthracyclines dapat merusak jantung secara permanen.
3.   Agen Alkylating
Cara kerja agen alkylating adalah dengan merusak DNA sel kanker secara langsung, sehingga mencegah sel kanker berkembang biak dan efektif untuk semua fase siklus sel. Agen Alkylating dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker, termasuk penyakit Hodgkin, multiple myeloma, leukemia akut dan kronis, lymphoma, kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker ovarium.
4.   Antimetabolites
Antimetabolites digunakan untuk mengobati berbagai jenis leukemia, serta tumor yang ditemukan di saluran payudara, ovarium, dan usus. Cara kerja antimetabolites adalah dengan merusak sel-sel kanker selama fase S, sehingga tidak memungkinkan sel kanker untuk hidup atau berkembang.
5.   Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk mencegah muntah atau reaksi alergi yang berhubungan dengan kemoterapi. Namun, American Cancer Society juga menyebutkan bahwa kortikosteroid juga terkadang dapat digunakan untuk langsung membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi jenis ini terdiri dari hormon alami dan obat yang menyerupai hormon. 
E.  Cara Pemberian Kemoterapi
Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
1.   Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
2.   Subcutan dan Intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
3.   Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian katun dan longgar.
4.   Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan infus pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan kemungkinan perdarahan pada tempat penusukan .
5.   Intrakavitas  
Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke dalam rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk meminimalkan kemungkinan iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang diberikan secara intrakavitas.
6.   Intraperitoneal.
Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan atau kateter suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri, demam dan status elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan larutan infus (dengan penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.
7.   Intratekal.  
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. Obat diberikan melalui prosedur pungsi lumbal. Volume obat yang dimasukkan adalah 15 cc atau kurang. Encerkan obat dengan saline normal yang bebas pengawet. Obat harus disuntikkan pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum setelah tindakan. Hanya dokter yang boleh memberikan obat intratekal.
8.   Intravena
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous  drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar